SMK Pariwisata Sumba dalam Sudut Pandang Pelaku Pariwisata
Penulis: Firra Kholisha Mustika, Senior Communication
Lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) dipersiapkan untuk menjadi sumber daya manusia (SDM) yang siap memasuki dunia kerja dalam berbagai sektor industri, termasuk pariwisata. Sistem pembelajaran di SMK dirancang dengan proposi antara teori dan praktik 40:60, sehingga siswa memiliki keterampilan yang aplikatif sesuai dengan kebutuhan industri.
Dalam sektor pariwisata, kompetensi yang dibutuhkan tidak hanya mencakup keterampilan teknis, tetapi juga aspek etika dan keramahtamahan (hospitality), yang menjadi nilai utama dalam pelayanan. Di Sumba, beberapa pelaku industri pariwisata menilai bahwa lulusan SMK Pariwisata di daerahnya masih belum memenuhi standar keterampilan dan kualifikasi yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan agar lulusan SMK Pariwisata di Sumba lebih siap bersaing dan berkontribusi secara optimal di dunia kerja.
Kualifikasi dan Keterampilan lulusan SMK Pariwisata belum sesuai kebutuhan industri
“Lulusan SMK Pariwisata Sumba belum mencapai suatu keterampilan dan standarisasi untuk mendukung industri pariwisata di Sumba,” ujar Bapak Hok Tjin, ketua PHRI Sumba Barat Daya.
Bapak Hugo Dalupi, ketua HPI Sumba mempertegas minimnya lulusan SMK Pariwisata yang terserap oleh industri dan mencari pekerjaan di luar daerah disebabkan oleh belum tercapainya standar sesuai kebutuhan industri tersebut.
Ibu Fransiska Lali, pemilik penginapan di Sumba Barat Daya juga mengemukakan adanya tantangan berbahasa dan tata krama para pekerja lulusan SMK Pariwisata Sumba pada penginapan miliknya. Pekerja cenderung tidak memberikan pelayanan memuaskan kepada wisatawan asing karena rendahnya keterampilan bahasa dan kemampuan adaptasi dengan budaya yang berbeda.
“…saya harus melatih mereka kembali,” ujar Ibu Fransiska.
Kualifikasi yang dimiliki oleh pekerja lulusan SMK Pariwisata Sumba masih jauh dari harapan. Ibu Sary, pengelola salah satu café dan restoran di Sumba Barat Daya berharap pekerja yang ia terima sudah dibekali ilmu praktis oleh sekolah. Ia mengatakan bahwa realita yang dihadapinya adalah para pekerja lulusan SMK tersebut tidak memiliki keterampilan sama sekali. Tidak ada perbedaan dengan menerima lulusan SMA pada umumnya.
Dalam mencari kualifikasi pekerja, Ibu Fransiska mengutamakan tata krama, sopan santun dan etika. Sedangkan Ibu Sary mengutamakan motivasi bekerja, memiliki keahlian dalam berkomunikasi dan berpenampilan menarik untuk bagian pelayanan.
Sinergitas belum terjalin antara sekolah dengan industri dan asosiasi
Berdasarkan pengalaman Bapak Hok Tjin dan Bapak Hugo, kerja sama antara pihak sekolah dengan industri pariwisata belum ada secara formal. Bentuk kerja sama tersebut masih informal melalui program magang siswa. Program ini membuka peluang para siswa untuk dapat melanjutkan bekerja di tempat magang jika memiliki keterampilan yang baik.
Dalam upaya mencapai keberhasilan membangun sumber daya manusia pariwisata, Bapak Hok Tjin memberikan saran agar pihak sekolah mengadakan program magang untuk guru maupun siswa di industri pariwisata di luar Sumba, yang memiliki standar profesional dalam pelayanan. Melalui program tersebut, SMK Pariwisata Sumba dapat memperluas jaringan, dan meningkatkan ilmu serta keterampilan.
Penginapan Oro Beach yang dimiliki Ibu Fransiska sudah bekerja sama dengan salah satu SMK Pariwisata di Sumba Barat Daya. Biasanya program magang dilakukan selama 3 bulan. Namun ketika sedang musim libur, ia akan meminta perpanjangan 1 bulan magang.
Sedangkan Sirkei café and resto yang dikelola oleh Ibu Sary sudah mempekerjakan dua hingga tiga orang lulusan SMK Pariwisata. Ia mengatakan hingga saat ini belum ada kerja sama dengan pihak sekolah. Walau demikian, ia menginginkan dapat bekerja sama pada masa yang akan datang, meskipun sampai saat ini belum ada penawaran dari pihak sekolah.
Sumber daya manusia berkualitas menjadi harapan industri pariwisata Sumba
Sumba memiliki potensi alam dan budaya yang eksotis, sehingga menjadi salah satu daerah dengan peluang besar dalam pengembangan sektor pariwisata. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan SDM yang berkualitas, khususnya dari lulusan SMK Pariwisata. Lulusan SMK diharapkan mampu langsung terjun ke dunia industri dan berkontribusi dalam pengembangan pariwisata di Sumba.
Namun, berdasarkan wawancara dengan empat pelaku industri pariwisata, diketahui bahwa lulusan SMK Pariwisata di Sumba saat ini masih belum sepenuhnya memenuhi standar kebutuhan industri. Para pelaku industri berharap agar SMK Pariwisata di Sumba dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilan siswanya sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan sektor pariwisata. Selain menjadi tenaga kerja yang kompeten di luar Sumba, para lulusan juga diharapkan dapat berperan aktif dalam membangun dan mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sendiri.
Jika lulusan SMK Pariwisata memiliki profesionalisme dan kualitas yang mumpuni, pihak industri akan memberikan apresiasi yang sesuai, baik dalam bentuk penghargaan maupun kesejahteraan finansial yang layak. Pelayanan yang unggul dari tenaga kerja lokal akan menciptakan pengalaman berkesan bagi wisatawan, yang pada akhirnya mendorong pemasaran organik melalui rekomendasi dan testimoni positif. Dengan demikian, pariwisata Sumba akan semakin dikenal dan diperhitungkan sebagai destinasi pariwisata unggulan dengan standar pelayanan yang berkualitas serta pengalaman wisata yang tak terlupakan.
Program "SMK Membangun Pariwisata - Penguatan Ekosistem TVET Pariwisata di Sumba Barat Daya" didanai oleh William and Lily Foundation dan implementasi oleh DESMA Center. Program ini meliputi 3 pilar yaitu advokasi kebijakan, pengembangan kapasitas, kemitraan industri pariwisata dan SMK Pariwisata serta peningkatan penyadartahuan. Kegiatan yang dilakukan diantaranya rangkaian advokasi kebijakan, pelatihan, magang guru, alumni tracer study, penyusunan buku saku magang bagi siswa SMK dan buku-buku untuk perpustakaan sekolah, alat peraga sekolah, perlengkapan lab praktik dan perpustakaan serta menigkatkan hubungan industri dan SMK Pariwisata dampingan.
Narasumber:
Bapak Tjong Hok Tjin, Ketua PHRI Sumba dan owner Hotel Sinar Tambolaka
Bapak Hugo Dalupe, Ketua DPC HPI Kab. SBD
Ibu Fransiska Lali, Owner Oro Beach Resort
Ibu Sary, Manager Sirkey Café