Peluang Pengembangan Taman Hiburan dan Rekreasi yang Berkelanjutan di Indonesia

Penulis: Siti Nur Hasbiyana, Programme Associate dan Dani Fauzi, Programme Officer
Desain Grafis: Ganyos Paryama Sidik

 

Pariwisata Indonesia mulai bangkit pasca pandemi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada periode Januari–November 2024, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 12.658.048 kunjungan atau naik 20,17 persen dibanding periode yang sama pada 2023. Angka ini merupakan yang tertinggi selama 5 tahun terakhir. Sedangkan angka pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) tahun 2024 mencapai 919.999.141 perjalanan, atau naik 22,81 persen dibanding tahun 2023. Pertumbuhan ini didukung upaya berbagai sektor pariwisata dengan perbaikan dan peningkatan aspek sumber daya manusia, infrastruktur, kelembagaan, pemasaran pariwisata maupun aspek keberlanjutan. Pulihnya pariwisata Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk pengembangan pariwisata, salah satunya industri taman hiburan dan rekreasi.

 

 

Taman hiburan dan rekreasi menjadi destinasi favorit wisatawan domestik karena menawarkan berbagai wahana menarik berbasis teknologi, mencakup taman bermain, kebun binatang, dan taman air. Selain menyegarkan fisik dan pikiran, daya tarik wisata ini juga memberikan edukasi bagi wisatawan melalui kampanye konservasi lingkungan berkelanjutan. Bagi pemerintah daerah, taman hiburan dan rekreasi berkontribusi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata dan menciptakan lapangan kerja (Kemenparekraf, 2024).

Taman rekreasi merupakan salah satu dari 13 sub-kategori bidang usaha pariwisata yang diatur dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan serta diperkuat melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 4 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dalam Penyelenggaraan Perizinan Berbasis Risiko Sektor Pariwisata. Berdasarkan pengumpulan data dan analisis yang dilakukan oleh tim DESMA Center (2024) untuk penyusunan kajian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), terdapat 185 taman hiburan di Indonesia yang memenuhi klasifikasi sesuai KBLI 93211 dalam regulasi tersebut. 

Dari jumlah tersebut, Taman Impian Jaya Ancol mencatat angka kunjungan tertinggi pada tahun 2023 sebanyak 11.144.860 wisatawan. Jumlah ini sangat signifikan, bahkan melampaui tingkat kunjungan ke Disneyland Paris yang hanya mencapai 10,4 juta wisatawan pada periode yang sama (NDTV, 2024). Data terbaru, selama libur Nataru 2024/2025, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) mencatat lonjakan kunjungan hingga 300 ribu orang. Angka ini meningkat 62,16 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal tersebut berkat dampak revitalisasi besar-besaran oleh InJourney sejak pembukaan ulang pada September 2023 (Mileneo, 2025).

 

 

Berdasarkan konsentrasi geografis, taman rekreasi dengan luas ≥ 3 hektar (sesuai uraian KBLI pada Permenparkeraf yang disebut di atas) terkonsentrasi di wilayah Jawa, khususnya di Jawa Barat (26%), Jawa Timur (14%), dan Jawa Tengah (10%). Hal ini mengindikasikan bahwa Pulau Jawa, sebagai pusat ekonomi, populasi, dan infrastruktur, memiliki daya tarik tinggi bagi pengembangan taman hiburan dan rekreasi. Konsentrasi ini mencerminkan fenomena spasial pariwisata, di mana pengembangan destinasi cenderung terfokus pada kawasan dengan aksesibilitas tinggi, pasar wisata potensial, serta dukungan infrastruktur yang memadai.

Kedua, dari segi kategori taman hiburan, data menunjukkan dominasi waterpark (50%) dibandingkan theme park (41%) dan zoo park (9%). Hal ini dapat dikaitkan dengan preferensi pasar domestik yang cenderung memilih aktivitas berbasis rekreasi air yang bersifat santai, ramah keluarga, dan sesuai dengan iklim tropis Indonesia. Rendahnya proporsi zoo park menunjukkan adanya tantangan dalam mempromosikan taman hiburan dan rekreasi berbasis konservasi, baik dari sisi daya tarik maupun investasi infrastruktur.

 

 

Hasil analisis terhadap 26 taman rekreasi menunjukkan bahwa pendapatan minimum sektor ini pada tahun 2023 diperkirakan mencapai Rp 1,66 triliun. Namun, optimalisasi kunjungan wisatawan masih memerlukan peningkatan fasilitas pendukung. Dari 185 taman hiburan yang terdata, 82% tidak menyediakan pos kesehatan, 77% tidak memiliki layanan lifeguard dan 97% tidak memiliki ruang laktasi. Fasilitas ini menjadi elemen krusial dalam meningkatkan kenyamanan, keselamatan, dan pengalaman wisatawan sekaligus memperkuat daya tarik taman rekreasi sebagai destinasi unggulan.

Selain fasilitas pendukung, industri taman rekreasi perlu menerapkan pariwisata berkelanjutan dalam pengembangannya. Konsumen mulai sadar bagaimana suatu usaha dapat membantu pelestarian lingkungan, sosial budaya dan ekonomi masyarakat sehingga penerapan pariwisata berkelanjutan menjadi nilai lebih bagi konsumen.

Industri taman hiburan dan rekreasi dapat menerapkan pariwisata berkelanjutan dengan melaksanakan pengolahan sampah, penyerapan tenaga kerja lokal dan efisiensi energi. Aspek keberlanjutan ini perlu diperlihatkan kepada wisatawan dengan memanfaatkan digital marketing, sehingga peluang pengembangan taman hiburan dan rekreasi dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan memperhatikan kebutuhan konsumen dan prinsip keberlanjutan.

Pengembangan taman rekreasi memerlukan sinkronisasi dan kolaborasi antar sektor/stakeholder. Sinkronisasi dengan berbagai sektor ini diperlukan karena adanya regulasi dan perizinan yang kompleks atau belum mendukung usaha taman hiburan dan rekreasi. Kolaborasi antara swasta dan pemerintah juga diperlukan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia, promosi dan panduan keberlanjutan. Industri taman hiburan dan rekreasi dapat berkolaborasi dengan berbagai private sectors untuk memperluas promosi, pemanfaatan big data untuk mengetahui perilaku dan kebutuhan konsumen, hingga meningkatkan pengalaman wisatawan berbasis digital.  

Tahun 2024, DESMA Center berkolaborasi dengan Direktorat Manajemen Industri,  Deputi Bidang Industri dan Investasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, untuk menyusun kajian Penguatan Ekosistem Industri Taman Rekreasi di Indonesia serta Profiling Taman Rekreasi di Indonesia. Kajian dan profiling ini menghasilkan strategi komprehensif yang mencakup aspek kebijakan, keberlanjutan, penguatan industri, serta pemetaan sebaran taman rekreasi, identifikasi tantangan dan peluang, hingga analisis potensi pengembangan. Tujuan utama dari strategi ini ialah mendorong terciptanya tata kelola industri taman rekreasi yang lebih berkualitas, kompetitif, dan berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan sektor pariwisata nasional.

 

Referensi:

Badan Pusat Statistik (BPS). (2021). Statistik Wisatawan Nusantara 2020. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2022). Statistik Wisatawan Nusantara 2021. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). Statistik Wisatawan Nusantara 2022. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2024). Statistik Wisatawan Nusantara 2023. Jakarta: BPS.

Kemenparekraf RI. (2024). Penguatan Ekosistem Industri Taman Rekreasi di Indonesia. Jakarta: Kemenparekraf RI.

Mileneo, M. F. (2025, January 7). TMII, Tempat Wisata Libur Nataru di Jakarta yang Jadi Primadona. Retrieved from GNFI: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/01/07/tmii-tempat-wisata-libur-nataru-di-jakarta-yang-jadi-primadona

NDTV. (2024, September 15). World's Top 10 Most-Visited Theme Parks. Retrieved from NDTV World: https://www.ndtv.com/world-news/worlds-top-10-most-visited-theme-parks-6569203