Peningkatan Kapasitas Ekowisata Berbasis Masyarakat dan Pariwisata Berkelanjutan Lansekap Ekologi Pakpak, Sumatera Utara
Penulis: Firra Kholisha Mustika, Senior Communication
Lansekap Ekologi Pakpak dengan luas lebih dari 150.000 hektar, adalah salah satu lansekap hutan hujan di provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Secara administratif sebagian besar berada di Kabupaten Pakpak Bharat, Dairi, dan Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara. Sementara sebagian kecil lainnya terletak di Provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam.
Lansekap ini memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan merupakan kawasan Key Biodiversity Area, menjadi habitat beberapa jenis flora dan fauna dilindungi seperti Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kambing hutan (Capricornis sumatraensis), Siamang (Symphalangus syndactylus), Beruang madu (Helarctos malayanus), Damar (Agathis spp.) dan Kemenyan (Styrax sp.).
Tangguh Hutan Khatulistiwa, didukung oleh Sumatran Orangutan Society, mengimplementasi program untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian ekosistem berbasis pengelolaan bentang alam, konservasi keanekaragaman hayati, dan penguatan mata pencaharian berkelanjutan; salah satunya melalui pendampingan Desa Sibagindar dalam upaya konektivitas blok-blok habitat Orangutan sebagai satwa yang dilindungi.
Dalam konteks implementasi program, sesi peningkatan kapasitas ini dilakukan bersama DESMA Center terkait dengan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dan pariwisata berkelanjutan-Lansekap Ekologi Pakpak, Sumatera Utara. Peningkatan kapasitas ini ditujukan untuk para Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), Bumdes (Badan Usaha Milik Desa), Kelompok Tani Hutan serta Perangkat Desa Sibagindar, Kabupaten Pakpak Bharat.
Pendampingan melalui FGD (Focus Group Discussion) para pemangku kepentingan ini dilakukan secara daring pada 29 Mei 2023. Pertemuan ini dilakukan sebagai tahap identifikasi dan penilaian awal untuk memetakan kebutuhan para pihak sekaligus mengetahui potensi dan sumber daya eksisting yang dapat dimanfaatkan untuk akselerasi keunggulan Desa Sibagindar dalam upaya pengembangan ekowisata dan pariwisata berkelanjutan.
Kepala Desa Sibagindar, didampingi para perangkat desa, menyampaikan tujuan pembangunan desa yaitu peningkatan ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan. Perwakilan pemuda yang tergabung dalam Pokdarwis juga menyampaikan tujuan organisasi mereka dalam pengembangan sektor wisata sebagai lokomotif pendorong kesejahteraan masyarakat dengan memastikan perlindungan hutan dan eksosistem sekitar. Disamping itu, sesi diskusi tersebut juga dimanfaatkan sebagai momentum brainstorming untuk menggali pemahaman Pokdarwis dan masyarakat desa mengenai pengetahuan umum ekowisata dan manfaatnya bagi pengembangan sosioekonomi desa.
Pariwisata menjadi salah satu alternatif pengembangan; selain dapat menjadi sumber pemasukan baru, juga dapat dimanfaatkan sebagai media pendorong untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan memastikan keberlanjutan dalam aktivitasnya.
Di masa pasca pandemi, minat kunjungan ke desa wisata mengalami trend positif. Ditambah lagi, dukungan pemerintah melalui program desa wisata unggulan terus meningkat. Hal ini memberikan sinyal bahwa pariwisata dapat menjadi penggerak perekonomian sampai ke level yang paling bawah; sehingga memacu pertumbuhan ekonomi serta menjadi media pembawa suara kelestarian lingkungan.
Dengan kondisi bentang alam yang dikelilingi kawasan hutan lindung, serta keunggulan hutan tropis yang dapat menjadi pemikat bagi wisatawan untuk berkunjung; menjadikan Desa Sibagindar salah satu kawasan yang memiliki daya tarik wisata alam yang tinggi. Hal ini juga didukung dengan anugerah keunikan budaya dan kearifan lokal yang dimiliki oleh Desa Sibagindar. Namun, pertimbangan aspek sosial-ekologi saja tidak cukup dalam pengembangan pariwisata. Dibutuhkan komitmen semua pihak, khususnya pihak Pokdarwis untuk melakukan inovasi dan meningkatkan kreativitas dalam pengelolaan ekowisata yang berkesinambungan.
References
Rio Ardi, S. M. (2022). Sikulaping, . SOS (Sumatrea Orangutan Society) YOSL-OIC.
Yanti, A. I. (2021). Community Based Tourism dalam Menyongsong New Normal Desa Wisata Bali. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) , 7(1), 72-86.