Seri Pelatihan Pengembangan Konsep Ekowisata Berbasis Masyarakat bagi Pelaku Usaha di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara: Shared Learning CBT pariwisata berbasis Masyarakat dan Penguatan Kelembagaan Ekowisata Desa

Dalam konteks proyek “Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Desa dan Pengelolaan Perhutanan Sosial untuk Mengembangkan Ekowisata Berbasis Masyarakat” kerja sama GIZ PROPEAT dengan DESMA Center, dilakukan rangkaian pelatihan pengembangan ekowisata bagi kelompok pemuda, Pokdarwis, pemerintah desa, kelompok pengelola HKm di Desa Atap dan Desa Setabu, Desa Binusan dan Kawasan Ekowisata Manggrove Belagaone di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

 

Setelah melaksanakan rangkaian pertemuan informal, FGD dan consultation meetings di masing-masing desa pada September dan Oktober 2021 terkait penguatan kelembagaan Pokdarwis sebagai entry point pengelola ekowisata desa, DESMA Center melaksanakan sesi shared learning untuk pedalaman pariwisata berbasis masyarakat (CBT) serta penguatan kelembagaan ekowisata desa.   

 

Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian seri pelatihan selama 4 hari yang dilaksanakan pada 17 November 2021 di Hotel Neo Fortuna, Nunukan, Kalimantan Utara pukul 08:00 hingga pukul 18:00 WITA. Empat sesi diberikan oleh pemateri team DESMA Center Wiwik Mahdayani, Dwi Setijo Widodo dan Pahrul Azim, yang merupakan Direktur Pengelola Desa Wisata Hijau Bilebante, Lombok serta co-trainer Dicky Mardyan.   

 

Shared Learning pariwisata berbasis masyarakat (CBT) diberikan sebagai pembelajaran untuk melihat praktik nyata implementasi kegiatan wisata di perdesaan. Pembelajaran dari Desa Bilebante, Lombok yang memulai dari nol tanpa memiliki kapasitas apapun hingga menjadi desa wisata serta memperoleh banyak penghargaan di tingkat nasional dapat menjadi pembelajaran bagi desa-desa dampingan GIZ PROPEAT.

 

Pemateri Pahrul Azim adalah pengurus Pokdarwis dengan pengalaman 15 tahun sebagai salah satu perangkat desa. Pahrul Azim memahami banyak peraturan perundang-undangan terkait desa dan pengembangan desa wisata dari pengalaman Pahrul dan kelompok Pokdarwis dalam mengembangkan pariwisata di Desa Bilebante.

 

Peserta dibagi kelompok per-desa, lalu mempresentasikan tantangan dan peluang mengembangkan pariwisata di desanya; serta komitmen untuk bersatu dalam mengembangkan pariwisata di desa masing-masing. Para peserta antusias mengajukan pertanyaan terutama mengenai proses Desa Bilebante menjadi desa wisata hingga memperoleh banyak penghargaan.

 

 

Sesi ke-empat yaitu Peran dan Fungsi Kelembagaan Pengelola Pariwisata Desa Berbasis Masyarakat, diperkenalkan peran dan fungsi kelembagaan dalam operasionalisasi dan manajemen untuk berjalannya kegiatan pariwisata di desa; salah satunya melalui Pokdarwis. Sesi ini disampaikan oleh Wiwik Mahdayani dan Dwi Setijo Widodo. Peserta yang dibagi dalam kelompok sesuai asal desa kemudian diberi tugas. Peserta kemudian diminta untuk mempresentasikan struktur organisasi yang telah disusun. Masing-masing desa menampilkan struktur yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing desa terhadap pengembangan pariwisata di desanya.

 

Pelatihan ini lebih fokus sebagai wadah diskusi bersama, brainstorming setelah diberikan bahan presentasi sebagai referensi, para peserta diajak untuk mendiskusikan dengan kelompok desanya masing-masing, lalu merencanakan struktur organisasi pokdarwisnya. Dalam proses diskusi, dari pengalaman yang sudah dilakukan di Pokdarwis Desa Bilebante, Lombok; Pahrul Azim sebagai Direktur Pokdarwis Bilebante dan menjadi salah satu pemateri dalam pelatihan ini memberikan beberapa masukan dalam sudut pandang pelaku di level desa.

 

_____________

Proyek “Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Desa dan Pengelolaan Perhutanan Sosial untuk Mengembangkan Ekowisata Berbasis Masyarakat” diimplementasi oleh DESMA Center, merupakan Proyek Pengelolaan dan Rehabilitasi Lahan Gambut—GIZ PROPEAT, yang dilaksanakan dalam konteks kerja sama pemerintah Indonesia-Jerman dalam mengurangi emisi dari sektor kehutanan serta meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan.

 

Program GIZ PROPEAT salah satunya adalah penguatan kapasitas pemerintah desa dan pengelola hutan desa dalam upaya mendukung pengelolaan gambut dan mangrove yang berkelanjutan. Sebagai bentuk konservasi pemanfaatan dan perlindungan lingkungan melalui pengelolaan ekowisata yang berkelanjutan.

 

Dalam kerangka tersebut, GIZ PROPEAT bersama DESMA Center melakukan serangkaian kegiatan yang mencakup (1) Menyusun studi kelayakan ekowisata berbasis masyarakat di Desa Atap dan Setabu Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara; (2) mengembangkan Master Plan Ekowisata desa untuk Desa Atap dan Desa Setabu, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (3) Memfasilitasi dan menerapkan konsep dan praktik terpadu pengembangan Ekowisata Desa Berkelanjutan bersama Pokdarwis dan Perangkat Desa di Desa Atap dan Setabu, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara; dengan kegiatan peningkatan kapasitas (capacity building) melalui serangkaian pelatihan dan coaching, penguatan kelembagaan dan pendampingan penyusunan peraturan desa mengenai ekowisata.